Assalamualaikum Wr Wb

"WELCOME"

Kamis, 19 Mei 2011

Permainan Edukatif


MEMBUAT SABUN MANDI SEBAGAI PERMAINAN EDUKATIF PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Latar Belakang
* Penjelasan Makna Judul, State Of The Arts dan Evidensi
Anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil. Oleh sebab itu anak harus diperlakukan sesuai dengan tahap – tahap perkembangannya. Banyak pendapat dan gagasan tentang perkembangan anak usia dini, Montesorri (tokoh pendidikan anak usia dini) berpendapat tentang tahap – tahap perkembangan anak adalah :
  1. Sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang sudah mulai dapat “menyerap” pengalaman-pengalaman melalui sensorinya.
  2. Usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun, mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara, bercakap-cakap).
  3. Masa usia 2 – 4 tahun, gerakan-gerakan otot mulai dapat dikoordinasikan dengan baik, untuk berjalan maupun untuk banyak bergerak yang semi rutin dan yang rutin, berminat pada benda-benda kecil, dan mulai menyadari adanya urutan waktu (pagi, siang, sore, malam).
  4. Rentang usia tiga sampai enam tahun, terjadilah kepekaan peneguhan sensoris, semakin memiliki kepekaan indrawi, khususnya pada usia sekitar 4 tahun memiliki kepekaan menulis dan pada usia 4 – 6 tahun memiliki kepekaan yang bagus untuk membaca.
Pendapat Montessori ini mendapat dukungan dari tokoh pendidikan Taman Siswa, Ki hadjar Dewantara, sangat meyakini bahwa suasana pendidikan yang baik dan tepat adalah dalam suasana kekeluargaan dan dengan prinsip asih (mengasihi), asah (memahirkan), asuh (membimbing). Anak bertumbuh kembang dengan baik kalau mendapatkan perlakuan kasih sayang, pengasuhan yang penuh pengertian dan dalam situasi yang damai dan harmoni. Ki Hadjar Dewantara menganjurkan agar dalam pendidikan, anak memperoleh pendidikan untuk mencerdaskan (mengembangkan) pikiran, pendidikan untuk mencerdaskan hati (kepekaan hati nurani), dan pendidikan yang meningkatkan keterampilan.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Tujuan PAUD adalah membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik, intelektual, emosional, moral dan agama secra optimal dalam lingkungan pendidikan yang kondusif, demokratis dan kompetitif.
Sesuai dengan amandemen UUD 1945 pasal 28 C dimana setiap anak berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Undang – undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal 9 ayat (1) setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka mengembangkan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat. Dalam rangka untuk mencerdasarkan anak bangsa sesuai dengan tujuan kemerdekaan negara kita, maka upaya untuk pengembangan pendidikan pada anak usia dini dapat dilakukan melalui jalur pendidikan formal (TK,RA atau bentuk lain yang sederajat), jalur non formal (KB,TPA atau bentuk lain yang sederajat) dan jalur informal (pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan).
Bermain adalah dunia anak dan bukan hanya sekedar memberikan kesenangan, akan tetapi juga memiliki manfaat yang sangat besar bagi anak. Lewat kegiatan bermain yang positif, anak bisa menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi penginderaannya, menjelajahi dunia sekitarnya, dan mengenali lingkungan tempat ia tinggal termasuk mengenali dirinya sendiri. Kemampuan fisik anak semakin terlatih, begitu pula dengan kemampuan kognitif dan kemampuannya untuk bersosialisasi. Dalam bahasa sederhana, bermain akan mengasah kecerdasannya. Setiap anak pada dasarnya cerdas. Akan tetapi, kecerdasan tidak semata-mata merujuk kepada kecerdasan intelektual saja, atau lebih dikenal dengan istilah IQ. Ada pula kecerdasan majemuk (multiple intelligences) seperti kecerdasan bahasa, logika matematika, visual spasial, musik, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, natural dan moral. Setiap anak memiliki kesembilan kecerdasan ini meski dengan taraf yang berbeda-beda. Bermain merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mengembangkan potensi dan multiple intelligences anak karena melalui kegiatan bermain ia akan lebih mudah menyerap informasi dan pengalaman. Dengan bermain, berdasarkan riset penelitian yang ada, anak ternyata menjadi lebih cerdas, emosi dan kecerdasan anak pun meningkat. Anak juga jadi lebih peka akan kebutuhan dan nilai yang dimiliki orang lain. Bermain bersama teman juga memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk menyesuaikan perilaku mereka dengan orang lain. Hebatnya lagi, anak juga mampu menghargai perbedaan di antara mereka. Belajar sambil bermain merupakan konsep sederhana yang diterapkan pada pendidikan anak usia dini. Lewat bermain inilah anak belajar untuk mengetahui dan mengeksplorasi sesuatu.
Sabun mandi adalah garam logam natrium/alkali (Na) dengan asam lemak dan minyak dari bahan alam yang disebut trigliserida. Secara umum, reaksi antara kaustik dengan gliseril stearat (trigliserida)/minyak tumbuhan menghasilkan gliserol dan sabun yang disebut dengan saponifikasi. Reaksi kimia pembuatan sabun (reaksi saponifikasi) :
3NaOH + (C17H35COO)3C3H5 3C17H35COONa + C3H5(OH)3
Kaustik glyceryl stearat Sodium stearat Glycerin
Soda (trigliserida/minyak tumbuhan)
Sabun telah berkembang sejak zaman Mesir kuno yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pembersih badan tapi juga sebagai pelembut kulit, antioksidan, mencegah gatal-gatal dan pemutih dengan penampilan (bentuk, aroma, warna) yang menarik.
Selama ini pembelajaran pada pendidikan anak usia dini dengan konsep belajar sambil bermain hanya pada penggunaan sabun mandi untuk membersihkan tubuh dan anggota tubuh, main busa sabun, ataupun sabun mandi dibuat labunte sehingga menyerupai seperti lilin (malam) yang dibentuk, membuat cat finger painting dari sabun cuci dan membuat cat poster dari deterjen. Tetapi penelitian ini menggunakan pembelajaran sambil bermain dengan dibimbing oleh guru PAUD untuk membuat sabun mandi sendiri.
* Orisinalitas, Aktualitas dan Noveltis
Pembelajaran pada pendidikan anak usia dini dengan konsep belajar sambil bermain khususnya untuk sabun mandi hanya pada tahap untuk membersihkan tubuh dan anggota tubuh, main busa sabun ataupun membuat labunte(larutan sabun dan tepung) sehingga seperti lilin (malam) yang dapat dibentuk, membuat cat finger painting dari sabun cuci dan membuat cat poster dari deterjen. Penelitian ini ditujukan untuk membuat sabun mandi yang dibimbing oleh guru dengan mempersiapkan sedemikian rupa dalam sentra permainan agar anak sangat berkonsentrasi terhadap hal ini dan meresapinya sehingga dapat menarik minat anak untuk mengeksplorasi dan memunculkan rasa ingin tahu serta mengembangkan kreativitas anak.
* Identifikasi Masalah
Pada usia 3 – 5 tahun, anak – anak dapat diajari menulis, membaca, dikte dengan belajar mengetik, sambil belajar mengetik anak – anak belajar mengeja, menulis dan membaca (Montesorri). Kehidupan tahun – tahun awal merupakan tahun – tahun yang paling kreatif dan produktif bagi anak – anak (Moore, sosiolog dan pendidik). Dari Lancet Medical Journal menyebutkan bahwa ada beberapa penelitian yang menemukan kaitan antara kecerdasan dan kegiatan bermain anak. Program kegiatan bermain untuk anak – anak kekurangan gizi di Bangladesh terbukti meningkatkan IQ mereka sampai 9 poin (Sally Mc Gregor, 2006) dari Institute of Child Health at University College London.
Kenyataannya dengan proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan uji coba (trial dan error), mengadakan penyelidikan bersama – sama, menyaksikan dan menyentuh sesuatu objek, mengalami dan melakukan sesuatu, anak – anak akan jauh lebih mudah mengerti dan mencapai hasil belajar dengan mampu memanfaatkan atau menerapkan apa yang telah dipelajari.
* Pembatasan Masalah
Penelitian membuat sabun mandi sebagai permainan edukatif bagi pendidikan anak usia dini dengan pembatasan masalah hanya pada bagaimana cara membuat sabun mandi yang dibimbing oleh guru, sehingga anak dapat bekerjasama dengan guru, teman – teman sekolah, berkonsentrasi penuh terhadap sesuatu hal, menimbulkan rasa ingin tahu, kreatif dan eksploratif (multiple intellegence).
* Rumusan Masalah (Problem Statement dan Research Question)
Anak usia dini adalah anak yang berumur 0 – 6 tahun yang memiliki potensi yang unik sejak lahir ke bumi atau disebut sebagai usia keemasan (the golden age). Dimana pada masa – masa awal dari tumbuh kembang anak ini memiliki karakteristik berpikir konkrit, realisme, sederhana, animisme, sentrasi dan memiliki daya imajinasi yang kaya. Sehingga pada masa – masa ini anak perlu dipersiapkan suatu wadah agar dapat menampung semua materi, ilmu ataupun pemikiran yang mumpuni.
Sebagai wujud nyata dari hal ini dilakukan konsep belajar sambil bermain pada pendidikan anak usia dini dalam upaya untuk melatih multiple intellegence anak (kecerdasan majemuk), dengan cara bagaimana membuat sabun mandi sebagai permainanan edukatif bagi anak?
Bagaimana membuat anak berkonsentrasi penuh, memunculkan rasa ingin tahu, dapat bereksplorasi dan dapat bekerjasama dengan guru dan teman – teman (meningkatkan multiple intelligence anak) ?
* Tujuan (Akademik dan Praktis)
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan tujuan untuk :
Menjelaskan tentang pembuatan sabun mandi sebagai permainan edukatif pada pendidikan anak usia dini.
Menjelaskan tentang hubungan antara pembuatan sabun mandi ini dengan multiple intellegence anak.
* Manfaat (Akademik dan Praktis)
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para pendidik PAUD dalam upaya untuk menerapkan konsep belajar sambil bermain.
DAFTAR PUSTAKA
R. Norris Shreve, Joseph A. Brink, JR, 1977, “Chemical Process Industries”, Fourth edition, International Student Edition. Mc.Graw – Hill Kogakusha, LTD for Manufacture and Export.
Fajrianda, S.Pd, Yusminta Siregar, ST, Saibatul Aslamiyah, S.Pd, 9 april 2008, “Efektifitas Alat Permainan Edukatif Produksi BPPLSP Regional I dalam Peningkatan Multiple Intelligence Anak Usia Dini”, BPPLSP Regional I Sumatera Utara.
Harizal (Kasubdit Harlindung PTK – PNF), 19 desember 2008, “Implementasi Konsep Montessori pada Pendidikan Anak Usia Dini”, kategori Insan Peduli PTK – PNF, Juga guru.com.
Heni, 4 februari 2009, “Membuat sabun mandi sendiri”.
Sari Ika Cahaya, 16 agustus 2007, “Skripsi Upaya Tutor dalam Memanfaatkan APE bersumber Lingkungan sekitar untuk meningkatkan Kemampuan Motorik halus anak usia dini Kelompok Bermain Bana Ulum Cimahi”.
Nani Susilawati, Dra. (Dosen Fisip USU), 2007, “Memahami Pendidikan Anak Usia Dini”, Training Volunteer Ceric Fisip USU.
Widya Ayu Puspita, SKM, M.Kes (Pemerhati Pendidikan Anak Usia Dini), “Beyond Centre and Circle Time”.
http://Insidewinme.blogspot.com/2007/09/membuat-sabun-mandi-sendiri.html.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar